Pemanfaatan limbah ampas tahu sebagai ladang usaha.
Orang-orang menyatakan bahwa Limbah
merupakan bahan yang sudah tidak berguna lagi bagi industri bahkan limbah
tersebut dapat mencemari lingkungan sekitar. Akhir-akhir ini banyak industri
yang membuang limbahnya begitu saja. Mereka tidak berfikir, apakah limbah
tersebut beracun bagi kita dan mencemari bagi lingkungan ?. Atau sebaliknya,
limbah industri tersebut dapat dimanfaatkan lagi untuk diolah kembali menjadi
sebuah hasil karya baik berupa kerajinan tangan atau hiasan maupun makanan.
Mereka sudah tahu akan bahayanya dari sebuah limbah yang belum diolah menjadi
zat yang tidak berbahaya bagi lingkungan tetapi dari mereka semua menyadari,
apakah limbah dapat saya manfaatkan lagi?. Atau lebih baik saya buang begitu
saja. Anggapan bahwa limbah itu secara keseluruhan tidak berguna merupakan
anggapan yang salah besar. Tidak semua limbah itu merupakan bahan yang tidak
berguna lagi. Hanya bagaimana kita mencari cara untuk mengolah limbah tersebut
menjadi lebih berguna daripada wujud asli dari limbah itu sendiri.
Karena masalah ini pula kami mencoba menggali potensi dari sampah
organik yang terdapat di pengrajin
tahu untuk diolah menjadi bahan
lebih mempunyai manfaat dari pada hanya di buang begitu saja dan tidak
memberikan dampak positif.
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang
banyak terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk
menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan
tahu terdiri dari dua tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, dan(2) penggumpalan
protein dari susu kedelai sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang
diinginkan. Tahap awal pembuatan susu kedelai adalah melakukan perendaman
kedelai kering pilihan selama kurang lebih 12 jam pada suhu kamar 25°C. Tujuan
perendaman untuk memudahkan penggilingan serta mendapatkan dispersi dan
suspensi yang lebih baik dari bahan padat kedelai pada waktu penggilingan
(Rachimanto, dkk., 1981). Menurut Shurtleff dan Aoyagi (1979) perendaman yang
optimal adalah 12 jam pada suhu 25°C. Setelah itu kedelai digiling dengan
ditambah air panas atau air dingin dengan perbandingan satu bagian kedelai
yang ditambahkan delapan sampai sepuluh bagian air. Penggilingan dengan
air panas bertujuan agar lebih efektif dalam meningkatkan kelarutan protein
kedelai. Bubur kedelai yang diperoleh kemudian dimasak pada suhu 100-110°C
selama sepuluh menit, kemudian dilakukan penyaringan. Sehubungan dengan
ini ada sebagian pembuatan tahu di masyarakat yang melakukan perebusan terlebi
dahulu, kemudian disaring.Sedangkan sebagian lagi melakukan penyaringan dulu
kemudian dilakukan perebusan. Untuk memperoleh dadih tahu maka dilakukan
penggumpalan susu kedelai dengan menambahkan zat penggumpal berupa asam, garam
dapur maupun dengan proses fermentasi (Rachmianto, dkk., 1981).
Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Ternak Ruminansia 5
Penggunaan garam CaSO4 merupakan cara tradisional yang biasa
dipakai oleh pembuat tahu rakyat, selain itu dengan penggunaan garam ini
dihasilkan tahu bermutu tinggi mengandung mineral Ca tinggi. Suhu pada proses
penggumpalan sebaiknya 70-85°C (Shurtleff dan Aoyagi,1979), sedangkan jumlah
asam atau garam yang ditambahkan sekitar 2-3% dari berat kacang kedelai yang
digunakan.
Setelah terjadi gumpalan tahu, air (Whey) yang masih terdapat
bersama gumpalan itu dibuang. Sedangkan gumpalan tahu ditekan atau dicetak
sehingga terbentuk tahu seperti yang diinginkan. Untuk mencegah supaya tidak
mudah hancur sebaiknya setelah pencetakan segera direndam dalam air dingin
dengan suhu 5°C selama 60-90 menit (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Bobot ampas
tahu rata 1,12 kali bobot kedelai kering, sedangkan volumenya 1,5 sampai 2 kali
volume kedelai kering (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Penggunaan ampas tahu di
samping sebagai makanan ternak juga dipakai sebagai bahan baku untuk pembuatan
oncom yaitu sejenis makanan yang kualitasnya lebih rendah daripada tempe.
Potensi ampas tahu cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia
tercatat pada tahun 1999 sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak
85.988 ton. Bila 50% kacang kedelai tersebut digunakan untuk membuat tahu dan
konversi kacang kedelai menjadi ampas tahu sebesar 100-112%, maka jumlah ampas
tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional dan 48.153 ton di Jawa Barat.
Potensi ini cukup menjanjikan sebagai bahan pakan ternak.Ditinjau dari
komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein.Korossi
(1982) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan
kacang kedelai. Sedangkan Pulungan, dkk. (1985) melaporkan bahwa ampas tahu
mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang
menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering
rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar