Selasa, 10 Januari 2017

PEMANFAATAN AMPAS TAHU


 

Pemanfaatan limbah ampas tahu sebagai ladang usaha.

 

  
Orang-orang menyatakan bahwa Limbah merupakan bahan yang sudah tidak berguna lagi bagi industri bahkan limbah tersebut dapat mencemari lingkungan sekitar. Akhir-akhir ini banyak industri yang membuang limbahnya begitu saja. Mereka tidak berfikir, apakah limbah tersebut beracun bagi kita dan mencemari bagi lingkungan ?. Atau sebaliknya, limbah industri tersebut dapat dimanfaatkan lagi untuk diolah kembali menjadi sebuah hasil karya baik berupa kerajinan tangan atau hiasan maupun makanan. Mereka sudah tahu akan bahayanya dari sebuah limbah yang belum diolah menjadi zat yang tidak berbahaya bagi lingkungan tetapi dari mereka semua menyadari, apakah limbah dapat saya manfaatkan lagi?. Atau lebih baik saya buang begitu saja. Anggapan bahwa limbah itu secara keseluruhan tidak berguna merupakan anggapan yang salah besar. Tidak semua limbah itu merupakan bahan yang tidak berguna lagi. Hanya bagaimana kita mencari cara untuk mengolah limbah tersebut menjadi lebih berguna daripada wujud asli dari limbah itu sendiri.
Karena masalah ini pula kami mencoba menggali potensi dari sampah organik yang terdapat di pengrajin tahu untuk diolah menjadi bahan lebih mempunyai manfaat dari pada hanya di buang begitu saja dan tidak memberikan dampak positif.
Ampas tahu merupakan hasil ikutan dari proses pembuatan tahu yang banyak terdapat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Oleh karena itu untuk menghasilkan ampas tahu tidak terlepas dari proses pembuatan tahu. Pembuatan tahu terdiri dari dua tahapan : (1) Pembuatan susu kedelai, dan(2) penggumpalan protein dari susu kedelai sehingga selanjutnya tahu dicetak menurut bentuk yang diinginkan. Tahap awal pembuatan susu kedelai adalah melakukan perendaman kedelai kering pilihan selama kurang lebih 12 jam pada suhu kamar 25°C. Tujuan perendaman untuk memudahkan penggilingan serta mendapatkan dispersi dan suspensi yang lebih baik dari bahan padat kedelai pada waktu penggilingan (Rachimanto, dkk., 1981). Menurut Shurtleff dan Aoyagi (1979) perendaman yang optimal adalah 12 jam pada suhu 25°C. Setelah itu kedelai digiling dengan ditambah air panas atau air dingin dengan perbandingan satu bagian kedelai yang ditambahkan delapan sampai sepuluh bagian air. Penggilingan dengan air panas bertujuan agar lebih efektif dalam meningkatkan kelarutan protein kedelai. Bubur kedelai yang diperoleh kemudian dimasak pada suhu 100-110°C selama sepuluh menit, kemudian dilakukan penyaringan. Sehubungan dengan ini ada sebagian pembuatan tahu di masyarakat yang melakukan perebusan terlebi dahulu, kemudian disaring.Sedangkan sebagian lagi melakukan penyaringan dulu kemudian dilakukan perebusan. Untuk memperoleh dadih tahu maka dilakukan penggumpalan susu kedelai dengan menambahkan zat penggumpal berupa asam, garam dapur maupun dengan proses fermentasi (Rachmianto, dkk., 1981).
Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya pada Ternak Ruminansia 5
Penggunaan garam CaSO4 merupakan cara tradisional yang biasa dipakai oleh pembuat tahu rakyat, selain itu dengan penggunaan garam ini dihasilkan tahu bermutu tinggi mengandung mineral Ca tinggi. Suhu pada proses penggumpalan sebaiknya 70-85°C (Shurtleff dan Aoyagi,1979), sedangkan jumlah asam atau garam yang ditambahkan sekitar 2-3% dari berat kacang kedelai yang digunakan.
Setelah terjadi gumpalan tahu, air (Whey) yang masih terdapat bersama gumpalan itu dibuang. Sedangkan gumpalan tahu ditekan atau dicetak sehingga terbentuk tahu seperti yang diinginkan. Untuk mencegah supaya tidak mudah hancur sebaiknya setelah pencetakan segera direndam dalam air dingin dengan suhu 5°C selama 60-90 menit (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Bobot ampas tahu rata 1,12 kali bobot kedelai kering, sedangkan volumenya 1,5 sampai 2 kali volume kedelai kering (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Penggunaan ampas tahu di samping sebagai makanan ternak juga dipakai sebagai bahan baku untuk pembuatan oncom yaitu sejenis makanan yang kualitasnya lebih rendah daripada tempe.
Potensi ampas tahu cukup tinggi, kacang kedelai di Indonesia tercatat pada tahun 1999 sebanyak 1.306.253 ton, sedangkan Jawa Barat sebanyak 85.988 ton. Bila 50% kacang kedelai tersebut digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang kedelai menjadi ampas tahu sebesar 100-112%, maka jumlah ampas tahu tercatat 731.501,5 ton secara nasional dan 48.153 ton di Jawa Barat. Potensi ini cukup menjanjikan sebagai bahan pakan ternak.Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein.Korossi (1982) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Pulungan, dkk. (1985) melaporkan bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar